Rahim Pengganti

Bab 200 "Kehamilan"



Bab 200 "Kehamilan"

0Bab 200 "Kehamilan"     
0

Hubungan Dira dan Andra masih tetap seperti biasa nya, tidak ada hal spesial untuk hubungan ini kedua nya masih dingin dengan keadaan yang ada, Andra berusaha menjelaskan namun, selalu gagal dan hal itu semakin membuat Dira berpikiran negatif terhadap suami nya tersebut.     

Seperti pagi ini, kepala Dira begitu pusing wanita itu berharap ada suami nya di samping namun, nyata nya tidak ada. Andra sudah tidak ada di samping nya dan hal itu semakin membuat Dira berpikiran negatif terhadap suami nya.     

"Kemana dia!" Pertanyaan itu selalu saja muncul di kepala Dira, ketika sang suami tidak ada namun, diri nya seolah bisu ketika Andra sudah ada di depan nya.     

Dira lalu beranjak dari tempat tidur nya, masuk ke dalam kamar mandi namun, langkah Dira terhenti ketika melihat sosok Andra di sana dengan kondisi muntah muntah.     

"Kamu kenapa?" tanya Dira. Raut wajah Andra saat ini, terlihat begitu pucat dan hal itu membuat Dira begitu khawatir dengan kondisi sang suami. "Aku nggak apa apa," jawab Andra. Namun, ekspresi wajah Andra tidak baik baik saja, dan hal itu membuat Dira tidak suka dengan kebohongan dari suami nya.     

"Kalau nggak apa apa, itu nggak muntah seperti ini, sekarang udah mendingan? Sini duduk di sofa aja dulu, aku bikinkan teh hangat," ucap Dira. Sikap cerewet wanita itu, seketika muncul dan hal itu membuat Andra begitu senang, diri nya lebih suka dengan keadaan seperti ini dibandingkan Dira yang lebih banyak diam dan diam saja.     

Tak lama Dira muncul dengan membawa secangkir teh hangat untuk suami nya terlihat dengan sangat jelas raut wajah Dira begitu khawatir.     

"Kamu minum dulu," ucap Dira.     

"Terima kasih." Andra segera meminum teh hangat tersebut, seketika perasaan nya begitu tenang dan hal itu membuat Dira begitu senang. Wanita itu lalu masuk ke dalam kamar mandi, dan segera membersihkan diri nya setelah selesai Dira langsung turun ke dapur namun, langkah kaki nya terhalang.     

"Mau kemana?" tanya Andra, pria itu langsung mencekal tangan sang istri. "Aku mau ke dapur, mau bikin sarapan," jawab Dira. Andra langsung menarik tangan Dira dan membuat wanita itu terjatuh ke atas pangkuan Andra.     

"Seperti ini aja dulu, lebih nyaman." Dira terdiam, wanita itu tidak tahu harus merespon seperti apa yang jelas saat ini, diri nya hanya bisa diam dan diam saja.     

"Kamu mungkin akan salah paham dengan apa yang terjadi, tapi hal itu tidak seperti yang ada di dalam pikiran kamu, aku bisa menjelaskan semua nya. Kamu harus percaya dengan apa yang aku ucapkan." Andra mulai menceritakan semua nya, pria itu tidak ingin ada kesalahpahaman yang terjadi sungguh, Andra ingin hubungan nya dengan Dira baik baik saja, tidak ada kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka berdua.     

Panjang lebar Andra menyampaikan apa pun yang diri nya lalu, sedangkan Dira tidak tahu harus merespon seperti apa. Wanita itu hanya diam dan diam saja, tidak mengucapkan sepatah kata pun.     

"Aku mohon kamu mengerti dengan apa yang terjadi, jangan marah lagi," lanjut Andra.     

***     

Setelah sulit bagi Dira untuk bisa melepaskan diri nya dari Andra akhir nya wanita itu bisa pergi menuju dapur.     

"Masak apa?" tanya Andra, dan hal itu sontak saja membuat Dira terkejut. Hampir saja wanita itu menjatuhkan panci panas yang diri nya pengang. "Maaf ya, aku nggak sengaja bikin kamu kaget," ucap Andra.     

Dira hanya menarik napas nya panjang, tidak ada ucapan sedikitpun yang di lontarkan oleh Dira, diri nya lebih fokus dengan masakan nya dibandingkan dengan Andra.     

Wanita itu tetap fokus dengan kegiatan nya, tanpa banyak membalas ucapan dari suami nya tersebut. Namun, ketiga Dira sedang asyik memasak tiba tiba Andra kembali mual dan hal itu membuat Dira begitu panik.     

Segera diri nya mendekatkan diri kepada sang suami, dan mulai memberikan air mineral kepada Andra.     

"Kita ke dokter aja gimana? Kamu seperti ini udah dari kapan?" tanya Dira. Banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita itu, dan hal seperti ini lah yang di ingin kan oleh Andra. "Nggak usah, seperti nya aku hanya demam."     

"Ya sudah kamu duduk di sana sebentar lagi sarapan udah siap," ucap Dira.     

Dira tidak bisa menyembunyikan raut wajah khawatir nya kepada Andra, dan hal seperti ini membuat Andra begitu semangat untuk bermanja dengan Dira.     

"Kepala aku sakit banget," ucap Andra.     

"Kita ke dokter aja ya. Aku tuh khawatir banget sama kamu," ucap Dira. Wanita itu tanpa sadar mengatakan hal seperti itu, dan Andra langsung tersenyum mendengarkan nya. Dira lalu mulai menampilkan mangkuk untuk diisi dengan sup yang baru saja dirinya buat setelah itu di rasa garam membawa mangkuk sup tersebut ke atas meja untuk segera dimakan oleh Andra. "Habiskan dulu, supaya lebih hangat. Setelah itu kita ke dokter," ucap Dira.     

Andra hanya bisa menurut saja apa yang diucapkan oleh istrinya tersebut meskipun saat ini kepala Andra begitu sakit namun, pria itu tetap berusaha terlihat kuat didepan istri nya supaya Dira tidak begitu khawatir dengan apa yang terjadi.     

Seharusnya pagi ini Andra pergi meeting dengan beberapa orang namun, karena keadaan membuat diri nya meminta asisten nya yang menggantikan begitu juga dengan Dira yang harus mengajar dua kelas full.     

"Aku ke atas dulu, kamu habiskan nanti kita ke dokter," ucap Dira. Andra membalas dengan gelengan kepala nya, "Di sini aja, aku nggak mau di tinggal," balas Andra.     

Dira lalu membalas dengan anggukkan kepala karena tidak tega melihat ekspresi Andra yang sangat pucat. "Ayo di makan," ucap Dira.     

Andra tidak memiliki semangat untuk menghabiskan sup tersebut, kepala nya begitu sakit dan rasa nya begitu tidak nyaman. Dira lalu mengambil alih dan menyuapi sang suami, sedikit demi sedikit Andra mulai mau makan meskipun harus disuapi oleh Dira.     

Pukul 10.00 pagi Dira benar benar memaksa sang suami untuk pergi ke rumah sakit, wanita itu tidak suka dengan keadaan Andra seperti ini. Dira selalu panik berlebihan, dan hal itu membuat Dira tidak suka pemicu nya ada di sekitar.     

"Kamu diam aja, biar aku yang bawa mobil nya. Kamu duduk di sana," ucap Dira. Mau tidak mau Andra harus pasrah dengan permintaan sang istri, "Pokok nya kita harus cek, nggak boleh di tunda hal seperti ini," lanjut Dira.     

Andra hanya diam tidak banyak melempar kata kata, diri nya menurut mau kemana sang istri membawa nya. Hingga akhir nya mobil yang dikendarai oleh Dira sudah sampai di lobby rumah sakit.     

***     

Dira dan Andra sedang menunggu di ruang tunggu. Andra sudah meminta untuk lewat jalur khusus namun, Dira menolak wanita itu ini mengantri seperti orang lain nya dan hal itu membuat Andra tidak suka.     

"Harus nya tadi bilang aja, jadi kita bisa langsung masuk."     

"Terus yang sudah menunggu gimana? Tolonglah untuk berhenti menggunakan fasilitas yang ada, selagi masih bisa mengantri kita harus antri," ucap Dira.     

Andra hanya bisa menghela napas nya panjang, berbicara dengan seorang dosen hanya akan kalah. Membuat Andra akhir nya terdiam tidak melanjutkan ucapan yang dilontarkan oleh Dira.     

Tiga puluh menit berlalu, nomor antrian milik Andra di panggil segera saja mereka berdua masuk ke dalam ruangan tersebut.     

"Silakan bapak dan ibu. Apa keluhan nya?" tanya dokter tersebut.     

Dira lalu mulai menceritakan semua keadaan yang terjadi kepada sang dokter, lalu setelah itu meminta Andra untuk berbaring dan mulai memeriksakan keadaan Andra.     

"Baik kita periksa dulu ya pak. Silakan," ucap dokter tersebut.     

Andra lalu mulai berbaring di atas tempat tidur dan dokter langsung memberikan pemeriksaan nya kepada Andra. Setelah selesai memeriksa keadaan antara dokter tersebut Lalu melihat bagaimana hasil pemeriksaan tersebut. Dokter umum yang sudah berusia hampir 65 tahun tersebut lalu memberitahukan apa yang terjadi kepada Andra.     

Dira mendengarkan dengan seksama semua hal yang diucapkan oleh daftar tersebut supaya tidak ada yang terlewat satu kata pun. Dira juga bertanya mengenai apakah Andra salah makan atau ada sesuatu hal yang salah pada makanan suaminya tersebut. Namun dokter mengatakan semua nya baik baik saja saat ini Andra hanya diminta untuk beristirahat yang cukup.     

Setelah itu kedua nya lalu pergi menuju apotek yang ada di rumah sakit untuk mengambil vitamin yang sudah diselesaikan oleh dokter, sembari menunggu resep tersebut Andra tidak pernah lepas menggenggam tangan istrinya hal itu dilakukan karena membuat antara menjadi lebih nyaman.     

"Aku tuh bingung, kamu sakit tapi di kasih vitamin aja. Obat nya mana," omel Dira. Wanita itu sudah sangat kesal dengan semua yang terjadi, "Tahu gitu mending ke Om Akbar aja. Biar dia bisa obatin, lihat kamu lemas gini," ucap Dira lagi.     

Andra hanya diam saja, pria itu tidak tahu harus merespon seperti apa yang jelas saat ini diri nya ingin tidur.     

"Kamu dengar nggak sih," ucap Dira kesal.     

"Kepala aku pusing banget Ra. Jadi aku nggak balas ucapan kamu, tapi aku dengar semua nya kok," ujar Andra. Dira menarik napas nya panjang, wanita itu lalu mengajak sang suami untuk segera menuju ke dalam mobil. Berada di lingkungan rumah sakit membuat Dira naik darah.     

Dira segera membawa mobil tersebut menuju ke rumah mereka. Tidak banyak ucapan yang serius yang dilakukan oleh Dira. Ketika sedang berada di jalan, ponsel Dira berdering dengan cepat wanita itu langsung mengangkat nya.     

"Iya ada Lang," ucap Dira.     

Andra yang sedang menutup mata nya seketika membuka mata ketika mendengar nama seorang pria di sebutkan oleh Dira.     

"...."     

"Aku lagi nggak ada di kampus, kamu kirim aja draf nya ke email aku, nanti aku cek."     

"...."     

"Suami aku sakit, jadi aku nggak bisa cek cepat. Tapi pasti nanti aku cek kok," balas Dira.     

Panggilan tersebut terputus, hingga akhir nya Dira kembali fokus dengan apa yang akan dilakukan oleh diri nya.     

"Siapa?" tanya Andra.     

"Gilang. Rekan dosen juga," jawab Dira.     

"Ada apa?" tanya Andra kagum sungguh Andra begitu ingin tahu mengenai hal itu, diri nya begitu kepo untuk sekedar bertanya hal yang random seperti itu. "Biasa ada urusan kampus, ternyata mahasiswa ada yang ke ruangan aku, cuman karena nggak masuk mereka tanya ke Gilang."     

Tidak ada lanjutan lagi, Andra yang benar benar sudah pusing hanya diam saja. Pria itu lalu menyandarkan kepala nya dan kembali memejamkan matanya.     

***     

Kondisi Andra masih terus seperti saat ini, dan sudah selamat satu Minggu ini juga Dira tidak masuk ke kampus, diri nya memberikan materi secara online kepada mahasiswa nya karena kondisi Andra yang belum juga pulih.     

"Kita ke dokter lagi aja ya," ajak Dira. Sungguh Dira begitu khawatir dengan kondisi sang suami yang tidak ada perubahan sedikitpun, dan hal itu membuat Dira ingin mengajak Andra pergi ke rumah sakit lagi. "Nggak usah, aku hanya butuh istirahat aja."     

"Ini sudah satu Minggu, dan kamu selalu bilang butuh istirahat. Bagaimana bisa, kamu itu sakit udah lebih dari tiga hari harus nya sembuh bukan makin parah seperti ini. Biar aku telpon om Akbar aja, siapa tahu dia bisa kasih obat terbaik," ucap Dira.     

Andra tidak mampu mengucapkan apapun pria itu hanya menurut saja dengan apa yang dilakukan sang istri.     

"Om Akbar dan Tante Sekar bakalan ke sini, jadi kita nggak perlu ke dokter," ucap Dira.     

"Sini kamu di sini aja," ucap Andra. Pria itu meminta sang istri untuk berada di dalam pelukan nya. Andra memeluk istri nya dengan begitu erat.     

Tangan Dira tidak lepas mengusap kepala sang suami, hal itu membuat Andra jadi lebih baik. Sejak sakit, pria itu jauh lebih manja dibandingkan sebelumnya.     

Pukul 14.00 siang, Om Akbar dan Tante Sekar datang segera Dira mengantarkan kedua nya untuk masuk ke kamar.     

"Sudah berapa hari Andra seperti ini Ra?" tanya Tante Sekar.     

"Sudah seminggu yang lalu, Tante. Dan dokter rumah sakit hanya ngasih vitamin doang untuk Andra. Bukan nya membaik, dia semakin sering muntah dan mual terus. Sudah selama seminggu ini juga, kita nggak kerja," jelas Dira.     

Om Akbar saat ini sedang memeriksakan keadaan Andra, pria itu menoleh ke arah istri nya.     

"Bund kamu bawa alat tes nggak?" tanya Om Akbar. Dahi Sekar berkerut, dan seketika pandangan mata Sekar menatap ke arah Dira. Wanita itu segera beranjak dari duduk nya dan membawa sang keponakan ke dalam kamar mandi.     

Setelah Sekar menjelaskan semua nya, wanita itu kembali duduk sambil menunggu Dira.     

"Kalau dugaan Om sih kamu tidak sakit, hanya saja untuk memastikan biarkan Dira tes dulu. Kita lihat apakah yang Om prediksi benar atau tidak," ucap Om Akbar.     

Sekitar hanya sepuluh menit Dira di dalam kamar mandi, wanita itu segera keluar dari dalam sana. Tante Sekar sudah tersenyum begitu bahagia ke arah sang keponakan. Wanita itu lalu meminta Dira untuk duduk di samping tempat duduk nya.     

"Gimana hasilnya?" tanya Tante Sekar.     

Dira tidak mengerti wanita itu tahu bahwa alat tes yang diberikan adalah tespek untuk mengetes kehamilan, tapi Dira tidak berpikir sampai ke sana jika diri nya hamil.     

Tante Sekar langsung mengecek dan melihat hasil dari alat tes tersebut, dan senyum yang begitu mengembang terbit di wajah Sekar dan hal itu membuat Akbar bersorak. Prediksinya sejak tadi, sudah benar karena setelah Dira menelpon dan bertanya mengenai penyakit Andra membuat Akbar curiga. Meskipun diri nya bukan dokter kandungan namun, Akbar tahu gejala yang diderita oleh Andra.     

"Kamu hamil sayang, selamat. Tante bahagia sekali," ucap Tante Sekar. Wanita itu sudah memeluk Dira dengan begitu erat, membuat Dira terlihat kaget. Sedangkan Om Akbar juga mengucapkan hal yang sama kepada Andra, kedua pria itu saling berpelukan. Sungguh kabar ini begitu bahagia bagi Andra dan hal seperti ini lah yang diri nya rindukan.     

Selamat hampir empat bulan lama nya mereka menikah, akhir nya kabar yang di tunggu tunggu tiba dan hal itu benar benar membuat Andra bahagia.     

"Om sudah menduga hal ini ketika Dira bilang kamu sakit dengan hal yang tidak wajar. Karena kalau pun demam ataupun sakit lain nya, dokter tidak mungkin memberikan vitamin. Dan kenapa pihak rumah sakit hanya memberikan vitamin, karena mereka tahu kondisi Andra."     

Dira tidak banyak merespon, pria itu tetap bingung dengan keadaan yang ada, dan hal itu benar benar membuat diri nya tidak tahu harus seperti apa. Sejujurnya kabar ini masih membuat Dira tidak tahu harus bertindak seperti apa.     

Setelah Om Akbar dan Tante Sekar pulang dari rumah tersebut, Dira masih diam tidak tahu harus merespon seperti apa yang jelas saat ini, Dira masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi, sedangkan Andra sudah tersenyum dengan begitu lebar pria itu begitu bahagia dengan kabar yang terjadi.     

"Kamu mau makan apa? Biar aku beli?" tanya Andra.     

"Aku mau tidur aja," ucap Dira.     

Andra segera menganggukkan kepala nya sebagai balasan dari ucapan yang dilontarkan kepada istri nya itu. Andra lalu memeluk erat sang istri, tiba tiba rasa mual yang biasa nya di rasakan Andra saat ini tidak terasa lagi. Kedua manusia itu saling berpelukan satu dengan lain nya, pikiran Dira saat ini tidak karuan dengan apa yang terjadi.     

***     

Sore hari setelah Andra dan juga Dira mengetahui mengenai kabar kehamilan wanita itu kedua orangtua mereka langsung datang ke rumah untuk melihat kondisi Dira saat ini, padahal Dira sudah meminta kepada Andra untuk tidak dulu memberitahu mengenai kehamilan diri nya kepada kedua orang tua mereka. Namun, nyata nya kabar gembira seperti saat ini tidak bisa disembunyikan begitu lama hal itu karena tante Sekar dan juga Om Akbar sudah memberitahukan semua nya kepada grup keluarga.     

Sehingga mau tidak mau mereka semua akhirnya datang menemui Dira dan juga Andra di rumah mereka. Kedua orang tua Dira begitu bahagia ketika mendengar bahwa sebentar lagi anak mereka akan memiliki anak, Begitu juga dengan kedua orang tua Andra mama dan papa Andra sangat begitu bahagia ketika mendengar kabar tersebut.     

Kelahiran cucu pertama di Kedua keluarga membuat para kakek dan calon nenek tersebut sudah heboh dengan begitu banyak hal Bukan hanya mereka saja melainkan juga beberapa kerabat lain nya yang mengetahui mengenai kabar bahagia tersebut juga sudah mengirimkan beberapa barang untuk calon anak Dira dan juga Andra.     

"Kamu mau makan apaan tuh biar nanti mama yang bikin," ucap Mama Ayu.     

Sejak tadi mereka yang ada di ruangan tersebut sudah bertanya banyak hal kepada ada Dira, mengenai apa saja yang saat ini sedang diinginkan oleh wanita tersebut namun, selalu menjawab tidak ada karena memang sejak awal dirinya tidak merasa berbeda seperti kehamilan orang lain nya.     

"Kata tante Sekar Andra yang pusing dan mual?" tanya Buna Gina.     

Dira segera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan sang Bunda sontak saja hal tersebut membuat Mama Ayu begitu senang mendengarnya wanita itu juga mengatakan kepada Dira lebih baik Andra yang merasakan bagaimana pahit nya kehamilan supaya Andra bisa bersikap baik dan tidak lepas tangan tentang kehamilan Dira.     

Andra hanya memasang wajah cemberut ketika sang Mama mengatakan hal tersebut pria itu bukan tidak suka dengan apa yang terjadi saat ini namun, jika Andra bisa meminta diri nya tidak ingin sakit yang berlebihan.     

Untuk pertama kalinya Dira merasakan pusing yang berlebihan dan juga mual ketika mencium makanan yang baru saja dipesan oleh Andra sontak saja hal tersebut langsung diprotes oleh Mama Ayu wanita itu meminta Andra untuk membuang makanan yang baru saja dirinya pesan karena tidak mau melihat sang menantu kesusahan.     

"Kamu itu harus nya cari makanan yang benar benar baik kasihan itu menantu Mama jadi nya kesusahan pokok nya mama nggak mau tahu ya kamu harus kasihin aja Itu makanannya ke satpam atau ke mana gitu yang penting nggak ada di meja makan kasian Dira kalau sampai muntah muntah seperti ini." Andra hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi pria itu lalu memberikan makanan yang baru saja diri nya pesan kepada satpam di rumah nya tersebut. Tidak banyak hal yang terjadi di antara mereka setelah Andra sudah memberikan makanan tersebut.     

Pukul 19.00 malam parah kedua orang tua pulang ke rumah mereka masing masing setelah sebelumnya Mama Ayu dan juga Buna Gina memasak untuk Andra dan Dira, keduanya memasakkan makan malam untuk anak anak mereka supaya Dira ataupun Andra tidak membeli lagi dari luar. Dira yang saat ini sedang berbaring di atas tempat tidur hanya bisa menghela nafas panjang wanita itu tidak menyangka jika di dalam rahim nya ada seorang bakal calon anak mereka.     

Bukan Dira tidak menginginkan anak tersebut namun, saat ini kepala Dira masih memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan mereka. Karena dirasa sangat tahu bahwa pernikahan diri nya dengan Andra hanya dilandasi dengan sebuah perjodohan, sehingga membuat Dira sangat takut jika nanti nya Andra tidak menyayangi anak yang ada di dalam kandungan diri nya.     

"Kamu lagi mikirin apa?" tanya Andra. Pria itu sudah masuk ke dalam kamar mereka sambil membawa secangkir susu yang sebelumnya sudah dibeli oleh kedua orang tua mereka. Dira hanya merespon dengan gelengan kepala, melihat respon yang diberikan oleh sang istri membuat Andra tersenyum. Pria itu selalu memberikan secangkir susu tersebut kepada sang istri. "Diminum dulu susunya tadi sebelum mama dan Bunda pulang mereka udah menyampaikan untuk melihat kamu minum susu supaya anak kita sehat."     

Dira terdiam sambil menatap kearah Andra dengan tatapan yang sangat sulit diartikan, apalagi ketika mendengar Andra menyebut bukan anak kita. Seketika perasaan Dira begitu hangat mendengar ucapan dari sang suami.     

##     

Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.